Berkuda di Kaki Gunung Selamet


Masyarakat pun diminta meminum air dari Guci tersebut dan sebagiannya lagi dicipretkan ke pojok pojok kampung. Sampai suatu ketika Raden Aryo keliling bersama Kyai Elang Sutajaya dan menemukan sumber mata air panas di bawah sebuah gua yang sekarang terkenal dengan sebutan Pancuran 13.

Ambisi saya untuk bisa naik kuda tanpa dokar akhirnya terlaksana saat rekreasi di Kawasan Guci, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. 
Meskipun hanya 30 menit tapi yang penting saya tidak penasaran lagi karena bisa naik kuda tanpa dokar. Yah, serasa menjadi Bramakumbara di film Satria Madangkara gitu..(Lebay banget ya).

Tapi serius naik kuda tanpa dokar itu sesuatu banget ! Tahuka ga yang bikin sesuatu banget? Karena kita bisa keliling di daerah pegunungan sembari menikmati pemandangan dan merasakan dinginnya cuaca pegunungan.

Karena Wisata Guci berada di kaki Gunung Selamet, gunung yang terbesar di Jawa Tengah dan gunung ini sering saya lihat sewaktu masih kecil di kampung padahal jaraknya lumayan jauh. 
Kalau Anda piknik di Guci jangan sia - siakan untuk menikmati sensasi naik kuda tanpa dokar, seru, seru banget !

Kawasan Guci ada di Desa Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Objek wisata Guci merupakan destinasi andalan masyarakat sekitar Tegal. Di tempat ini terdapat sejumlah fasilitas wisata, diantaanya pemandian air panas.

Sejarah Desa Guci
Menurut literatur dulu kawasan ini sekira tahun 1767  ada seorang bangsawan dari Keraton Demak Bintoro bernama Raden Aryo Wiryo yang merasa jenuh dengan kehidupan istana atau keraton. Di keraton ia sering mendengar soal konfli perebutan tahta kerajaan.

Sang bangsawan ini pun meninggalkan keraton dengan mengajak istrinya yang kemudian dikenal dengan sebutan Nyi Tumbu. Ia juga sempat mengabdi di Keraton Mataram pada zaman Sultan Agung Hanyorokusumo.

Tetapi ia sepertinya lebih suka dengan mengembara dan akhirnya ke lereng Gunung Selamet sebelah utara dan dia menetap di daerah tersebut. 

Disebut - sebut dialah orang pertama yang membuka lahan permukiman di daerah ini sampai kemudian banyak orang yang datang ke tempat ini.

Raden Aryo memberi nama daerah ini Kampung Keputihan, artinya daerah yang masih asli dan tidak terjamah peradaban Islam. Suatu saat datanglah pengembara dari Pesantren Gunungjati yang meruupakan salah satu santri Syekh Syarif Hidayatullah.

Dialah yang kemudian menyebarkan Islam di tempat ini termasuk Raden Aryo pun mendalami agama Islam bersamanya.

Singkat cerita, daerah ini dilanda wabah penyakit dan diselenggarakanlah doa atau bersama Sunan Gunungjati yang pada kesempatan itu memberikan sebuah Guci yang telah diisi air.

Masyarakat pun diminta meminum air dari Guci tersebut dan sebagiannya lagi dicipretkan ke pojok pojok kampung. Sampai suatu ketika Raden Aryo keliling bersama Kyai Elang Sutajaya dan menemukan sumber mata air panas di bawah sebuah gua yang sekarang terkenal dengan sebutan Pancuran 13.

Adapun Guci ditempatkan di perkampungan yang didirikan Raden Aryo sekarang dikenal dengan sebutan Desa Guci. Nah, kira - kira itulah sejarah nama Guci yang akhirnya terkenal sampai sekarang dan menjadi destinasi wisata andalan masyarakat Tegal dan sekitarnya.

Posting Komentar