Belajar Cara Bangkrut yang Efektif


Idealnya kita sudah tahu dan mengerti serta merasakan bagaimana cara bangkrut yang efektif sejak dini supaya saat dewasa tidak mengalami kata paling mengerikan dalam dunia usaha tersebut. Meminjam kata Dahlan Iskan, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengatakan seharunya masa gagal dihabiskan sejak dini agar masa dewasa tidak gagal lagi.


Tapi faktanya sebagian besar kita termasuk saya belajar bisnis ketika dewasa sehingga mengalami kegagalan disaat dewasa dimana sudah banyak fikiran dan kebutuhan. Bebannya tentu saja jauh lebih berat ketimbang kita gagal pada saat masih muda atau remaja.


Pertanyaannya adalah bagaimana dong kalau sudah terlanjur kasusnya seperti itu? Belajar bisnis setelah kuliah atau lulus kuliah sudah pasti pukulannya akan lebih terasa berat, apalagi kalau belajar bisnis setelah berkeluarga, wah itu jauh lebih berat. 


Itulah yang pernah saya alami, meskipun orangtua adalah pedagang tapi saya baru belajar mengelola usaha ketika kuliah. Itupun belum diberi kewenangan penuh oleh orangtua. Saya masih ingat waktu itu posisi saya cuma diminta nungguin orangtua yang usaha toko kelontongan. 


Saya buka malam hari sedangkan satu karyawan buka siang dan hasilnya adalah bangkrut. Saya pun mencoba bangkit lagi disaat sudah berkeluarga dan menjadi karyawan disalah satu perusahaan media. Mau tahu hasilnya ? Tentu saja bangkrut lagi sampai rumah harus melayang.


Paling tidak ada beberapa cara bangkrut efektif berdasarkan pengalaman pribadi, pertama adalah berbisnis di luar passion kita. Ini penting, penting banget. Seringkali kita melihat kesukseskan seseorang dipadankan atau disamakan dengan diri kita, padahal belum tentu passion kita sama dengan orang sukses tersebut.


Jadi, kalau Anda ingin usaha dan bangkrut dengan efektif maka lakukanlah bisnis di luar passion Anda. Kedua, buat produk dulu baru cara pasar. Ini juga bisa menjadi cara kedua bagaimana cara bangkrut yang efektif. Sejatinya berbisnis itu menggunakan pintu kedua, yaitu mencari pasar dulu baru membuat atau mencari produknya. 


Mengapa demikian? Karena filosofi bisnis itu adalah membantu atau mencarikan jalan keluar persoalan orang lain dalam konteks ini adalah calon customer. 


Kita berbisnis itu hakikatnya membantu orang lain terhadap persoalan yang mereka hadapi, semisal orang kesulitan mencari makanan berkualitas dan murah maka kita hadir membantu mereka membuatkan produk yang mereka inginkan.


Cara selanjutnya agar bangkrut adalah tidak fokus. Apapun kalau dilakukan tidak fokus maka hampir dipastikan bermasalah. Apalagi ngomongin bisnis maka harus fokus, kecuali kita pemodal besar yang kemudian bisa menyerahkan pengelolaan teknisnya kepada orang lain, itu lain cerita atau istilah kerennya investor.


Tetapi kalau kita menjadi pemodal sekaligus penjual maka jangan harap akan berhasil kalau tidak fokus. Fokus saja potensi bangkrutnya besar, apalagi tidak fokus. Jadi kalau bisnis kita ingin bangkrut maka tidak perlu fokus.


Itulah cara bagaimana bangkrut yang efektif dan pernah saya lakukan sekaligus menjadi pelajaran berharga dalam hidup soal mengelola bisnis. Maka ketika ada orang lain atau lebih tepatnya calon investor menawarkan modal kepada saya untuk usaha kuliner lagi saya memilih tidak. Berisiko karena ternyata itu bukan passion saya. 


Tapi saran saya saya jangan patah semangat, jangan menyerah dan tetap optimisme karena ada pepatah yang mengatakan, kita boleh kehilangan modal tetapi tidak boleh kehilangan harapan. Orang bijak juga mengatakan bahwa bisnis itu soal mental, bukan cuma urusan jual menjual. ***


Penulis,
Karnoto
- Mantan Jurnalis Radar Banten/Jawa Pos Group
- Mantan Jurnalis Warta Ekonomi Jakarta
- Founder Maharti Networking
- Penulis Buku Speak Brand
- Pernah Studi Ilmu Marketing Communication Advertising di Univ.Mercu Buana, Jakarta









Posting Komentar