Squad Emak - Emak Komplek
Kami satu gang tetanggaan terbiasa saling memberi sesama tetangga. Ketika jambu depan rumah saya berbuah dan panen maka kami membagikannya keliling dari rumah ke rumah.
Terkadang istri yang membagikan dan terkadang si kaka. Begitupun tetangga yang lain ketika buah di depan rumah mereka panen kami pun dapat kiriman.
Sebelum jambu kami bagikan, istri dan si Kaka biasanya menyortir terlebih dahulu, khawatir ada jambu yang tidak layak dimakan. Kami ingin memastikan buah yang diberikan kepada tetangga layak dimakan.
Memang tidak banyak yang kami kirim ke tetangga pun sebaliknya. Yah, paling satu keresek, namanya juga nanam buah di rumah komplek yang cuma manfaatin tanah sisa, tentu saja ga seluas seperti di kampung.
Tapi nilainya melebihi segalanya, nilainya jauh lebih besar. Kami merasa senang ketika dapat kirimin dari tetangga, sebaliknya mereka juga senang ketika kami kirimi buah jambu.
Makanya mereka ga pernah memetik buah di depan rumah saya sendiri karena pasti kalau berbuah akan dikirimi, juga kami tak pernah memetik buah milik tetangga karena tahu mereka juga akan mengirimi kami.
Saya tak pernah menjual buah ke bakul yang sering lewat dan berniat membeli karena memang sengaja mau kita panen sendiri untuk dibagikan ke tetangga, pun juga tetangga kami juga tak pernah mau jual buahnya meski sering ditawar.
Pagi ini tetangga panen buah pisang dan kami pun dikirimi, Alhamdulillah. Terkadang juga bukan buah, tapi masakah atau kue. Pokoknya mah yang kira - kira bisa berbagi dan layak untuk dimakan.
Kami beda suku, ada asli Serang, Jawa dan Sunda. Ibu - ibu komplek biasa memangil istri Umi Tri-G karena kami punya anak tiga laki laki namanya Gagah, Gigih dan Galih.
Posting Komentar