Tempur Digital Politik
Semua partai politik sekarang sedang berkompetisi komunikasi digital. Saya katakan semua partai politik bahkan partai baru seperti Gelora, Partai Ummat pun masuk ke arena digital.
Pertempuran komunikasi digital sedang terjadi, semua kanal yang berbasis masyarakat kelas menengah ke bawah menjadi medan tempurnya.
Mulai dari sosial media sejuta ummat facebook, kanal sosmed dengan karakter stylish instagram dan sosmed yang lebih banyak tempur opini twitter telah dimasuki semua partai politik.
Dan menurut saya karena semua parpol telah masuk ke medan tempur sosmed maka pertempurannya mirip produk komersial.
Kalau dulu tampil di sosmed lebih pada penampilan bagusya,epic dan seninya lebih dominan maka sekarang menurut saya telah bergeser kepada tempur konten. Siapa yang bisa mengcreate konten sehingga melambung maka dialah yang akan leading di jagad maya.
Mengapa pertempuran di sosmed sekarang bukan lagi pada bagusn sebuah desain iklan atau komunikasi visual dengan peralatan canggih semisal drone karena itu telah diangggap biasa.
Semua partai juga memiliki peralatan canggih itu dan semua parpol juga punya tim yang bisa mengoperasikan drone. Jadi, tempur di sosial media sekarang akan lebih ditarik pada peluru konten.
Disinilah mereka, partai politik yang memiliki SDM Copy writing akan lebih mengudara ketimbang parpol yang hanya memiliki SDM teknis.
Sebab kalau SDM teknis sekarang sudah menjadi kemampuan biasa dan mudah mencarinya, tetapi SDM yang memiliki kemampuan copy writing atau orang yang jago dalam hal meracik dan mengemas konten itu masih sedikit, karena ini bukan pesoalan teknis, tetapi lebih kepada ide, analisa dan insting.
Apalagi konten politik, jelas berbeda dengan konten wedding, konten company profile. Politik akan lebih banyak menguras ide dengan konten bagaimana komunikasi politik di sosmed bisa memengaruhi opini publik. Jadi bukan sekadar bagus atau tidaknya desain visual dengan peralatan canggih semata.
Tidak heran sejumlah partai politik merekrut SDM yang dianggap ahli membuat konten politik. Partai politik mulai merekrut jurnalis untuk menjadi ting teng parpol karena mereka dianggap memiliki skill soal konten politik.
Tidak heran mereka para mantan jurnalis senior menjadi ting teng partai politik, karena mereka dianggap punya kemampuan mengelola konten politik yang tujuan utamanya adalah membangun opini, mengcreate konten agar memiliki efek positif dan terakhir adalah kemampuan menganalisa konten.
Kalau melihat cara kerja digital sebenarnya substansinya sama dengan komunikasi yang selama ini terjadi. Hanya saja karakter penggguna sosial media sudah tersegmentasi secara alamiah. Disinilah kecerdikan partai politik mengenali psikografis sosial media sehingga bisa membuat konten yang tepat untuk mereka.
Pengguna twitter berbeda karakternya dengan pengguna instagram, pengguan facebook juga berbeda dengan blogger dan seterusnya.
Namun sebenarnya kita bisa belajar dari cara produk komersial melakukan komunikasi pemasaran. Mereka sangat up to date dan ada beberapa partai politik dan personality politisi yang memakai strategi yang dipakai pada produk komersial.
Karena sebenarnya secara substansi, antara produk komersial dengan produk politik tidaklah berbeda. Politik dan personality politisi itu sendiri adalah produk.
Sebagaimana sering saya sampaikan bahwa definsi produk menurut Philip Kotler, bapak marketing dunia asal Amerika Serikat adalah nama, simbol, merek termasuk personality seseorang itu adalah produk. **
Posting Komentar