Darimanakah Muncul Ide ?



Dalam kehidupan sehari-hari kita disibukan dengan rutinitas yang terkadang sering menjebak kita pada rapuhnya daya pikir dan mrembesnya otak kita dalam kepenatan. Jangankan untuk menyerap ide, mengingat apa yang sudah kita lakukan pun terkadang sering kelupaan. 

Sisi lain kita masih menanggapi hal itu dengan suatu kewajaran, namun jika hal itu kita biarkan berlarut-larut maka akan mengancam kemampuan kita dalam menelurkan sebuah ide. Kondisi ini harus segera diantisipasi, agar kita tidak menjadi manusia jumud alias primitif.

Apalagi bagi seorang yang mobilitasnya tinggi yang tidak bisa diam ataupun duduk manis di kantor meja atau di rumah tanpa melakukan sesuatu apapun. Tipe orang seperti ini tidak akan betah manakala hidup hanya untuk sebuah rutinitas saja. 

Hatinya akan berontak, jiwanya terus akan meraung seperti seekor harimau yang sedang lapar yang dihadapkan pada santapan, namun karena ketidakmampuanya untuk mengambil mangsa, ia hanya meraung-raung tanpa bisa berbuat apapun.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar ide kita selalu muncul. Secara teoiritis keilmuan saya tidak terlalu menguasi, namun saya coba mengingatkan kepada anda darimanakah ide itu muncul. 

Saya mulai dari aktivitas kita sejak shalat subuh. Ketika kita melaksanakan shalat, banyak yang melakukan hal itu menjadi aktivitas rutinitas saja, sehingga tidak meresap dalam hati, jiwa, dan pikiran kita. 

Maka dari itu, munculkan selalu pertanyaan-pertanyaan ketika kita akan melakukan sesuatu termasuk shalat. Kenapa saya harus shalat dan apa manfaat bagi saya, dan jika saya tidak melakukah shalat apa yang akan saya dapatkan. Pertanyaan itu penting agar kita selalu membekas ketika melakukan aktivitas. 

Bukankah iman itu muncul ketika selalu muncul pertanyaan dalam diri kita. Kalau kita mengerjakan shalat tanpa adanya pertanyaan, ternyata kita baru sampai pada tahap yakin belum dikatakan beriman.

 Demikian yang diungkapkan oleh Quraish Shihab dalam sebuah acara Tafsir di salah satu stasiun televisi swasta pada bulan Ramadhan yang lalu yang ditayangkan setiap pukul 03.00 WIB.

Jadi intinya adalah selalu munculkan pertanyaan –pertanyaan setiap melihat mendengar dan melakukan sesuatu. Masih ingatkan kita, ketika kita masih kecil, kita suka sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada diri kita, bapak, ibu, kakak, dan adik sekalipun.

Kebiasaan itulah yang mulai hilang setelah kita merasa dewasa. Padahal kebiasaan itu sangatlah penting. Tanamkan karakter wartawan pada dirikita yang selalu ingin mencari tahu.

Setelah kita sudah membiasakan diri dengan pertanyaan, selanjutnya adalah jangan selalu merasa puas dengan apa yang sudah kita lakukan. Kalau sikap cepat puas kita pelihara maka hal itu akan membius jiwa kita kedalam kubangan kebodohan. 

Sikap cepat puas akan melahirkan karakter manusia yang kurang kreatif dan cepat nrimo. Tentunya ketidapuasan yang saya maksud adalah ketidapuasan yang didasarkan pada basic kelimuan yang tidak liar sehingga tetap berpedoman pada tuntunan illahi.

Jika kedua kebiasaan itu bisa kita terapkan maka kita akan menjadi manusia yang kaya akan ide. Tinggal langkah selanjutnya adalah bagaimana meralasisasikan ide yang sudah ada. Nanti kita bicarakan pada episode berikutnya. Selama mencoba.

Posting Komentar