Minat dan Bakat Mengapa Sering Bentrok


Bakat itu ada pada diri kita sejak lahir sementara minat itu kecenderungan seseorang yang didapatkan dari berbagai macam stimulan. Tetapi faktanya antara minat dan bakat sering bertolak belakang.

Bicara konsep minat dan bakat diri sejatinya sudah selesai saat kita masih remaja bahkan sejak dari dini. Namun faktanya minat dan bakat masih menjadi misterius bagi sebagian orang. Uniknya ini terjadi justru pada seseorang yang terdidik. Ketika saya menanyakan apa minat dan bakat Anda? Sebagian mengaku tidak tahu.

Persolan ini seharusnya menjadi dialetika dan kajian serius bagi para praktisi pendidikan, seperti guru, dosen, founder yayasan pendidikan. Mengapa? Ini serius banget menurut saya karena dari sinilah masa depan generasi muda bisa dirancang. Bakat adalah potensi yang ada sejak lahir dan dimiliki oleh seseorang sedangkan minat adalah kecenderungan seseorang. 

Problemnya sampai sekarang adalah seringkali terjadi bentrok antara minat dan bakat. Ada yang bakatnya melukis tetapi ditengah perjalanan karena faktor input pergaulan dan lingkungan bisa jadi berubah dan tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki.

Kasus ini sebetulnya masih mending dibandingkan kasus seseorang yang mereka tidak tahu konsep dirinya. Mereka tidak tahu minatnya dan tidak tahu bakatnya juga. Inilah yang mengakibatkan seseorang berada di tengah persimpangan jalan. 

Jangan heran kalau kemudian ada lulusan sarjana yang mengaku bingung mau menjadi apa dirinya. Banyak kasus studinya selama ini justru adalah hal yang tidak diminati. Unikah bukan? Bagaimana mungkin studi bertahun - tahun tetapi tidak segera putar arah sebelum lulus kuliah.

Faktornya ya itu tadi karena mereka tidak mengetahui bakatnya dan tidak tahu minatnya. Mengalir saja, kata mereka seperti itu. Ada seseorang bertanya kepada saya. "Mas saya minat apa ya," kata mereka. Unik kan? Untuk sekadar mengetahui minat saja sampai tidak tahu dan harus bertanya kepada orang lain.

Padahal seperti yang saya sampaikan diawal paragrap, persoalan konsep diri ini seharusnya sudah selesai ketika masa sekolah SMP atau paling lambat SMA. Namun faktanya sampai usia dewasa pun masih ada yang belum tahu apa minat dan bakatnya.

Dan sebetulnya hal ini tidak boleh terjadi pada diri seorang Muslim karena Rasulullah Saw sudah memberikan teori dasarnya tentang bagaimana mengelola minat dan bakat pada anak sejak dari kecil.

"Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". Hadist Nabi Muhammad Saw ini pasti fimiliar karena sering kita dengar.

Seharusnya para praktisi pendidikan mengkaji hadist ini lebih dalam. Artinya bukan sekadar adaptasi soal teknologi, tetapi juga dikaji dalam berbagai perspektif supaya kita mendapatkan pesan utuh dari hadist tersebut.

Ada dua kata dalam hadist itu yang menjadi headlinenya, yaitu kata Ajarilah dan Zamannya. Mengajar adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik yang mana bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar.(Usman (1994:3).

Dari pengertian ini selaras dengan apa yang disampaikan Rasulullah Saw bahwa mengajar adalah proses mengorganisir minat dan bakat peserta didik sehingga mereka bisa mengetahui minat dan bakarnya.

Posting Komentar