Siklus Personal Brand Politisi
Ada banyak produk atau merek air mineral, ada banyak merek sabun, ada banyak merek sepeda, ada banyak merek televisi, ada banyak merek komputer, ada banyak merek moto termasuk ada banyak merek personality dan khususnya ada banyak merek politisi. Pertanyaannya adalah apakah semua merek itu memiliki masa kejayaan yang sama? Apakah semua merek itu punya strategi yang sama? Dan apakah semua merek itu punya brand yang sama?
Disinilah branding bekerja. Sebuah produk akan sulit mendapatkan loyalis kalau tidak melakukan branding, sebuah produk sulit akan menjadi leader kalau tidak melakukan branding. Demikian pula seorang politisi agak sulit memiliki pendukung loyalis kalau tidak melakukan personal branding.
Karena salah satu dari dua fungsi branding adalah memperkuat brand itu sendiri selain fungsi sebagai pembeda dengan produk yang lain. Personality seseorang termasuk politisi adalah merek maka sewajarnya dirawat dan dikelola dengan baik agar memiliki loyalis yang kokoh dan kuat serta berusia panjang. Usia yang saya maksud bukanlah umur melainkan masa mature atau keemasan seseorang.
Sering saya sampaikan bahwa setiap produk, apapun itu produknya pasti akan mengalami apa yang disebut dalam teori komunikasi pemasaran product life cycle atau siklus sebuah produk. Dimulai dari siklus pertama introduction, growth, mature hingga pada siklus decline. Saya katakan semua produk akan menemui siklus itu termasuk personality politisi.
Yang membedakan hanyalah jeda atau jarak dari siklus satu ke siklus lain, ada yang cuma satu tahun berada pada siklus growth lalu melesat ke posisi mature, ada pula yang belum sampai ke mature langsung drop ke posisi decline.
Saya contohkan siklus yang pernah dialami SBY dan Partai Demokrat, SBY sebagai brand personality dan Demokrat sebagai brand lembaga pernah mengalami masa mature atau keemasan kurang lebih 10 tahun setelah itu mereka ngedrop. Dan posisi mature saat ini yaitu sejak Pemilu 2014 dan 2019 positi mature sedang dipegang oleh PDI Perjuangan.
Dari brand personalitynya sedang berpihak kepada Jokowi dan entah siapa lagi yang akan menggantikan posisi tersebut. Ini juga terjadi pada personality politisi ditingkat daerah maupun parlemen di pusat.
Rano Karno misalnya, dia pernah berada pada siklus mature dengan posisi sebagai Gubernur Banten meskipun usia keemasannya tidak lama kurang lebih dua tahun dan setelah itu posisi tersebut berpihak kepada Wahidin Halim dan Andika Hazrumy sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Banten setelah berhasil mengalahkan Rano Karno pada Pilkada Gubernur Banten beberapa tahun lalu.
Dengan pertimbangan itu maka sejatinya seorang politisi memahami hal tersebut, yaitu bahwa setiap politisi akan menemui siklus sebuah produk. Ada yang sekian tahun masih pada tahap introduction atau pengenalan, ada pula yang melesat dalam waktu tidak lama langsung berada pada titik mature atau masa keemasan. Sekali lagi siklus ini pasti akan dialami semua politisi dan yang membedakan hanyalah jedah dari siklus satu ke siklus lainnya. ***
Posting Komentar