Disuguhi Menu Asing Pilihannya Warteg



Awalnya saya melamar posisi jurnalis di majalah ekonomi ternama di Jakarta iseng -iseng. Pertama karena ingin merasakan  bekerja di Jakarta seperti apa? Gara - garanya ketika saya kuliah di Mercu Buana Jakarta dan banyak teman - teman yang bekerja di Jakarta. "Enak juga ya kerja di Jakarta, tiap hari banyak hiburanya," fikir saya waktu itu.

Dan ternyata saya diterima dan resmi menjadi jurnalis Majalah Warta Ekonomi yang berkantor di Kramat, Senen Jakarta. Sekira lima menitan dari Stasiun dan Terminal Senen, Kwitang dan persis di seberang kantor Astra Grapica, cabang usaha Astra yang konsen soal data.

Pertama kerja terus terang saya deg degan, secara tidak tahu jalan. Mana jalan di Jakarta terkadang bikin bingung buat orang baru seperti saya. Sampailah saya diutus undangan, hampir tiap hari saya keluar kantor untuk menghadiri undangan, mulai dari Kementerian Keuangan, Kementerian Ekonomi, BPS Pusat, Astra, perusahaan asuransi dan lain - lain.

Paling sering undangan ke kawasan Sudirman, mulai dri SCBD, FX Sudirman, ke Menara Mandiri dan terkadang sampai ke Kuningan, Menteng, mulai dari Hotel Borobudur, Ritz Cartlon, JW Marriot, pokoknya hotel hotel yang wah wah gitu deh. Paling sering rutin diundang BPS Pusat untuk ekspos, dan beberapa kali pernah ke Kementerian Perindustrian dan Kametnerian Keuangan ketika ada press konferens. 

Karena kerja di media ini pula saya tahu tahu rumahnya Megawati, Hamzah Haz (Mantan Wapres) sampai kawasan Cendana pernah lihat langsung meski ga masuk ke dalam karena memang bukan wartawan politik jadi ga ada urusannya sama yang berbau politik.

Gini - gini pernah berhadapan langsung lah sama Bu Sri Mulyani. Terus terang saya waktu itu sebenarnya tersiksa menjadi jurnalis ekonomi karena pakaiannya harus rapi, ga boleh pakai jean, ga bolah pakai sepatu asal, ga boleh pakai kaos harus pakai kemeja, terisaka banget secara saya dulu lebih cuek dengan penampilan, namanya juga dulu mah wartawan politik.

Gara - gara pakaian ini juga saya beberapa kali ditegur pimpinan dan sekretaris perusahaan, ha ha ha ha. Jadi Kawasan Sudirman selama setahun saya cukup familiar, karena seringkali jalan kaki, cuma dulu trotoarnya tidak sebagus sekarang. 

Banyak kenangan selama setahun muter muter Kawasan Sudirman, pernah suatu ketika bertemu dengan perempuan yang baru lulus dan usai melamar di perusahaan milik Aburizal Bakrie yang kantornya di seberang kantor lama KPK di Kuningan. Perempuan ini chines dan banyak cerita, kita sempat tukar nomor hp karena dia ingin mencari kerja siapa tahu saya ada informasi lowongan kerja.

Kita 30 menit ngobrol di depan kantor salah satu perusahaan milik Aburizal Bakrie, dia bilang kalau ia adalah anak pertama jadi harus kerja keras memberikan contoh pada adik adiknya agar sukses. "Wah, luar biasa," kata saya. "Ya Kak, adik saya tiga dan saya sarjana pertama makanya lagi bener bener cari kerja," kata dia. Terakhir kontak dia sudah bekerja di perusahaan ternama, jadi rupanya dia pindah dari perusahaan pertama dia bekerja.

Ada juga pengalaman lucu ketika diundang peluncuran DOKU di Menara Mandiri. Waktu itu bulan puasa dan pas buka disuguhi tulisan menu, tapi menunya aneh -aneh, ga ada yang saya kenal. Saya berbisik ke teman wartawan Sindo yang disamping saya dan ternyata dia juga tersiksa dengan menu itu akhirnya kami berdua keluar cari makanan merakyat, ha ha ha ha.

_ Bersambung _

Posting Komentar