Adventure Bersama Kerbau Sahari

Foto Ilustrasi


Karena sudah familiar maka saya tahu jadwal kapan sang pemilik mandiin kerbaunya, kapan diangon ke sawah untuk makan di alam terbuka.

Terlahir sebagai anak kampung yang jauh dari perkotaan dan itu terjadi di era 80-an maka tidak banyak hiburan yang bisa dinikmati. Stasiun televisi saat itu hanya ada TVRI. Saya masih ingat sinteron yang paling disukai saat itu adalah Di Balik Matahari. Seingat saya film ini dibintangi Charles Bonar Sirait sebagai pemeran utama.

Dan film ini pula yang menjadi salah satu inspirasi tentang sebuah cita - cita bagi anak - anak muda. Selain film dengan televisi hitam putih, hiburan yang bisa saya nikmati adalah sandiwara radion Ninik Pelet, Mak Lampir, Brama Kumbara.

Waktu itu kalau kalau punya radio tiga band, TV hitam putih rasanya sudah jadi orang paling berada. Dan ada satu lagu hiburan saya waktu usia sekolah dasar (SD) saat itu adalah bermain dengan kambing dan kerbau. Itu pun hewan ternak milik tetangga karena orangtua tidak memiliki hewan ternak "mahal" itu. Saya paling banter punya hewan ternak ayam kampung.

Namanya juga bermain dengan kerbau maka sudah otomatis pernah keinjek kaki kerbau atau terpelanting jatuh dari atas punggung kerbau. Ini pernah saya alami. Waktu itu pagi - pagi usai Shalat Subuh dan pas hari libur sekolah saya ikut kerbau jalan - jalan pagi.

Karena sudah familiar maka saya tahu jadwal kapan sang pemilik mandiin kerbaunya, kapan diangon ke sawah untuk makan di alam terbuka. Pagi itu dengan semangat saya menunggu kerbau itu keluar kandang. Saya menunggu di luar, persisnya di tempat duduk jembatan agar posisi saya bisa naik dengan mudah.

Ketika kerbau itu mulai mendeka maka saya pun siap - siap naik. Dan saya hafal betul mana kerbau yang nyaman untuk dinaiki mana kerbau yang suka usil dan ga suka kalau kita naikin. Begitu kerbau mendekat saya pun langsung loncat tapi sialnya saya kepeleset dan kaki saya terinjak kerbau gemuk itu dan langsung lebam telapak kaki saya memerah.

Akhirnya pagi itu rencana liburan mandiin kerbau gagal karena kaki saya lebam. Seharusnya saya bisa menikmati perjalanan pagi itu sejauh kurang lebih dua kilometer menaiki kerbau dengan medan perjalanan yang cukup menguras adrenalin saya.

Jadi, perjalanan dari rumah pemilik kerbau ke kali pemali atau tempat biasa kerbau dimandiin kurang lebih dua kilometer dan melewati jalan yang tergolong ekstrim. Selain gelap, perjalanannya juga melintasi jalan berlumpur dan naik turun,

Kerbau itu milik Pak Saya, tetangga saya dan kebetulan anaknya juga teman sepermainan di kampung. Dia punya empat ekor kerbau yang kandangnya juga menyatu dengan rumahnya.

Jadi kalau tiap sore maka pasti ada kepulan asap dari rumahanya, itu kegiatan rutin yang dilakukan Pak Saya untuk mengusir nyamuk atau penghangat bagi kerbau - kerbaunya. Pak Saya memang telaten beternak kerbau, bukan cuma mencarikan makanan rumput terbaik untuk kerbaunya tetapi juga memberikan tempat atau kandang yang nyaman.

Pak Saya rela membersihkan kotoran kerbau setiap hari dan uniknya para tetangga di sekitar rumah Pak Saya tidak pernah protes padahal lumayan mengganggu juga kotoran kerbaunya. Mungkin akan berbeda cerita kalau itu terjadi di zaman sekarang, bisa - bisa ribut gara - gara itu.


Posting Komentar