Mengenang Siti Saidah Silalahi Semasa Hidup

Siti Saidah Silalahi, meninggal pada Senin 27 Maret 2023 bertepatan dengan 5 Ramadhan 1444 Hijriah di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dok/Foto: Siti Saidah Silalahi

Kami sering ngobrol tentang berbagai hal, mulai politik, jurnalistik, komunikasi bahkan beberapa kali juga ia sempat ngomong soal jodoh.


"Bu emang ga niat punya suami lagi," tanya saya ke Bu Siti saat itu kalau tidak salah setelah tiga tahun wafatnya sang suami. Dia tahu saya suka keluar pertanyaan aneh -aneh dan slebor dan suka ceplas ceplos, ga ada ga enaknya ha ha ha ha.

Dia pun menjawab panjang lebar, intinya sebenarnya banyak yang merapat ke dia cuma dia ga ada yang cocok. "Namanya perempuan ya setianya sampai kapan pun"  kata saya lagi, dia tertawa.

Pada kesempatan lain, dia juga mengenalkan puterinya yang saat itu kuliah di UGM. "Anak saya yang kuliah di UGM mau belajar media sama Mas Karnoto nih," kata dia. Saya jawab siaap Buuuu... Dan tak lama ada wa masuk yang mengenalkan diri kalau dia anaknya Bu Siti yang lahir di Malaysia dan sedang kuliah di UGM. 

Pada waktu lain, saya juga bilang ke dia, Bu minta testimoni buku saya dong. Dia juga langsung bilang siaap,, kirim ya bukunya biar saya baca dulu, masa mau ngasih testi ga baca bukunya...ha ha ha ha

Terakhir komunikasi sebelum Ramadhan, karena saya tanya ke dia, jadi nyaleg ga nih Bu? Nyaleg dimana? Dia bilang belum tahu nih, nunggu perintah aja. Itulah penggalan obrolan dengan Almarhumah semasa hidup.

Kabar Duka Pagi Hari
Pagi ini (Senin, 27 Maret 2023) bertepatan dengan 5 Ramadhan 1444 Hijriah saya mendapat kabar berupa banner di group WA Kampung Durian. Sekejap saya akrab dengan warna background dalam banner tersebut, yaitu biru laut. Itu warna khas Partai Gerakan Indonesia Raya (Gelora).

Tapi ada yang aneh dalam informasi tersebut karena ada desain kalimat yang sering saya terima, yaitu kematian. Langsung saja saya klik banner tersebut dan ternyata benar, itu adalah kabar kematian seseorang yang akrab dengan saya. Siti Saidah Silalahi, perempuan yang sering diskusi melalui whatsapp.

Saya mengenal perempuan cantik ini sejak dia menjadi anggota DPRD Provinsi Banten dari daerah pemilihan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) beberapa tahun silam. Waktu itu saya masih bekerja di Radar Banten dan kebetulan saat itu buka usaha Rujak Belut dan dia pernah order Rujak Belut.


Saya sempat lost contact ketika dia selesai menjabat dan mencalonkan diri lagi dengan Dapil Kabupaten Tangerang tetapi gagal. Namun nyambung lagi ketika dia pindah partai ke Partai Gelora. Karena dia diberi posisi Kabid Humas DPN Gelora maka otomatis dia harus berinteraksi dengan media, salah satunya adalah saya.

Dari situ Almarhumah pun rutin diskusi dengan saya melalui whatsapp. Kami memang tidak pernah bertatap muka sampai Almarhumah meninggal saya tidak sempat berjumpa langsung. Beberapa kali saya melihat via zoom saat saya diundang Gelora untuk menghadiri acara tersebut.

Kami sering ngobrol tentang berbagai hal, mulai politik, jurnalistik, komunikasi bahkan beberapa kali juga ia sempat ngomong soal jodoh. Saat itu dia baru setahun ditinggal meninggal suaminya. Almarhumah memang saat itu berstatus janda dan dengan wajah yang ia miliki sebenarnya banyak yang berniat meminang dirinya tapi dia mengaku belum ada yang cocok.

Sampai akhir hayatnya Almarhumah bertahan dengan status janda dan satu cucu. Oh ya, Almarhumah juga sempat mengenalkan puterinya yang waktu itu kuliah di UGM dan ada minat tentang dunia jurnalis. 

Dikenalkanlah saya dengan anak perempuanya yang waktu itu masih mahasiswa dan beberapa kali dia mengirimkan tulisan dan suka bertanya tentang media. Bahkan terakhir dia ada rencana magang di salah satu media nasional, tapi saya tidak mengetahui kelanjutannya karena ada Covid-19.

Bu Siti saat membaca buku saya yang berjudul Speak Brand. Dok/Foto:Bu Siti

Dari beberapa tulisan anak Almarhumah yang saya terima dan baca, sangat tajam dalam menyoriti sejumlah isu baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dari informasi dia, anak ini lahir di Malaysia tapi saya tidak tanya lebih jauh sejarahnya bagaimana dia lahir di Malaysia.

Beberapa kali saya juga memuat Bu Siti di media online yang saya kelola, diantaranya Siti Saidah, Mantan Dewan PKS Banten Masuk Partai GeloraSiti Saidah Silalahi, Latarbelakang Ekonomi Spesialisasi Humas

Mengapa saya akrab dengan Almarhumah juga karena dia pernah menjadi dosen di Universitas Mercu Buana Jakarta, di kampus itu pula saya pernah studi Ilmu Marketing Communication Advertising. Dia beberapa kali juga mengirimkan tulisan soal komunikasi politik.

Kalau yang saya kenal Almarhumah orangnya pembelajar, salah satunya dia punya keinginan menjadi penulis buku dan ini sempat diungkapkan kepada saya. Saat saya menulis buku pertama Speak Brand, dia juga saya mintain komentar dan saya kirimi bukunya.

Kini teman diskusi itu sudah pergi selama - lamanya menyusul sang suami tercinta. Semoga Husnul Khotimah, diterima segala amal semasa hidup di dunia dan mendapat tempat yang lapang di alam kubur, Aamiin.

Pada akhirnya manusia memang hanya meninggalkan cerita dan amalannya. Mari kita tinggalkan cerita yang baik kepada teman, sahabat agar kelak ketika kita meninggal hanya ada cerita kebaikan kita.






Posting Komentar